Merasakan Bilik Raja di Raja Ampat
PULAU ini disebut juga “bilik raja”, tempat pada zaman dulu para raja di Raja Ampat, Papua Barat melepaskan penat. Panoramanya hamparan laut dengan karang tajam yang seolah tumbuh, menjadi pengantar tidur. Damai bilik raja dijaga karang tunggal bak menara.
Manyai Funuk namanya, sebuah pulau kecil, satu-satunya pulau yang menyediakan pasir landai untuk berlabuh. Sisanya, pulau-pulau sekitar seolah enggan didatangi karena hanya menyediakan karang tajam.
Pasir landai Manyai Funuk tak seberapa luas, paling hanya muat untuk berlabuh lima perahu. Bentuknya memanjang dari tengah pulau, kemudian menjorok sempit ke tengah hingga pada batas ujung yang menyediakan menara karang.
Tak banyak manusia datang ke tempat ini. Selain pertimbangan biaya dan jauh dari lokasi pemukiman, Manyai Funuk juga memiliki pemandangan batu-batu karang di laut.
Namun pulau ini adalah pulau yang istimewa, karena bagian dari dongeng panjang Kepulauan Rajaampat.
Dari Sorong, Manyai Funuk terletak cukup terpencil. Para pelancong clickbet88 harus terlebih dahulu mendatangi Waisai, ibukota Rajaampat yang persis berada di bibir pantai Pulau Waigeo.
Marten Dawa menyambut kedatangan saya di Manyai Funuk.
“Selamat dating, Pace,” katanya dalam logat Papua yang kental dan bersahabat.
Saya turun dari perahu, bulir pasir kasar menyambut kaki saya yang tak beralas. Saya melempar senyum kepada Marten, tapi sekejap kemudian mengerutkan kening karena pasir kasar itu seolah menusuk telapak kaki. Hampir dua jam meringkuk di perahu membuat tubuh saya harus menyesuaikan dengan keadaan pasir berkarang kasar itu.
Bilik Raja di Raja Ampat
Marten membantu menambatkan perahu, mengikat tali pada batang kelapa yang tumbuh agak condong ke laut. Tempat berlabuh saya adalah sebuah teluk mungil di Manyai Funuk. Gelombang laut reda karena pulau itu melindungi dirinya sendiri dari terpaan ombak.
Perahu yang dikendarai Onco Dawa menyusul tak lama kemudian. Onco adalah anak tertua Marten. Kami baru saja kembali dari kompleks Telur Raja, satu-satunya tempat yang dipercaya sebagai asal para raja di kepulauan ini.
“Inilah bilik raja,” ucap Marten memperkenalkan pulaunya.
Marten adalah juru kunci kompleks keramat Telur Raja. Saya beruntung karena bisa mendatangi komplek itu bersama Onco. Jika tidak, maka tak seorang pun tanpa pendampingan salah satu di antara mereka yang bisa datang ke kompleks tersebut.
Dia menjelaskan, dulu para raja kompleks keramat Telur Raja biasa beristirahat di Manyai Funuk. Baik saat mereka akan pergi, maupun ketika kembali.
“So, Pace su jadi raja sudah,” katanya tersenyum.
Saya tergelak. Candaan Marten yang renyah membuat suasana menjadi sangat cair. Pria ini menceritakan asal-muasal legenda Raja Ampat.
Kampung-kampung berada jauh dari Manyai Funuk, tapi bilik raja merupakan satu kesatuan bentang laut yang tak terpisah dengan Wawiyai.
Kawasan Wawiyai sebuah bentang perairan laut nan sepi. Masyarakat mengandalkan hasil laut dan meramu hasil alam untuk bertahan hidup. Marten dan Onco mengandalkan keramba apung membesarkan kerapu.
Sedangkan di pusat desa di Wawiyai, masyarakat hidup dalam rumah-rumah kayu yang menyatu dengan laut. Pemerintah pernah berencana membuat jalan ke wilayah itu dari Waisai, tapi tak kunjung terwujud.